Penatalaksanaan Fisioterapi pada Total Hip Arthroplasty
Definisi
Pasien dengan patah tulang pinggul berada pada risiko besar untuk kematian, komplikasi kesehatan, dan penurunan kualitas hidup.(1) Tanda dan gejala yang muncul apabila terjadi permasalahan pada pinggul diantaranya rasa sakit, pola jalan yang pincang atau perbedaan panjang kaki sehingga menyebabkan keterbatasan fungsional yang mencolok.(2) Tindakan pada fraktur head & neck femur pada pasien usia lanjut diatasi dengan pembedahan melalui total hip arthroplasty ataupun hemiarthroplasty. Total hip arthroplasty (THA) merupakan tindakan penggantian secara totak sendi pinggul dengan prostesis, yang melibatkan penggantian kepala femoralis (femoral head) dan acetabulum.(1) THA sering dikelirukan dengan hemiarthroplasty yang merupakan tindakan penggantian hanya pada kepala femoral dengan prostesis.(1) Kejadian THA di Amerika mencapai 400.000 orang setiap tahunnya, yang menempatkan THA layak mendapatkan penghargaan “operation of the century”.(3)
Indikasi & Kontraindikasi Tindakan Total Hip Arthroplasty
Indikasi dilakukannya tindakan THA diantaranya adalah osteoartritis primer dengan persentasi kasus sebanyak lebih dari 70%.(2) Tindakan THA juga diindikasikan pada pasien dengan gejala sisa pascatrauma dari trauma acetabular atau femoralis proksimal seperti fraktur displacement neck femur, malunion, nonunion, kegagalan implan atau potongan, osteonekrosis, defek tulang, osifikasi heterotopik, protrusio acetabular, deformitas femoralis proksimal, defisiensi abduktor, dan adanya infeksi.(2) Kontraindikasi absolut dilakukannya THA adalah adanya infeksi aktif yang mampu meningkatkan risiko morbiditas atau mortalitas pasien. Kontraindikasi relatif THA diantaranya abnormalitas glikemik, dan anemia.(2,4)
Klasifikasi Total Hip Arthroplasty
Berdasarkan jenis fiksasinya, THA dibagi menjadi dua yaitu dengan cement ataupun tanpa cement (uncemented).(5)
- THA Cemented
THA cemented menggunakan polimetilmetakrilat (PMMA) yang berfungsi sebagai penghubung yang menghasilkan kesesuaian agar terkait antara cancellous bone dan prostesis.(5) Komponen cement sangat bermanfaat bagi kondisi tulang osteopenik atau osteoporosis, di mana penetrasi cement yang lebih dalam memberikan fiksasi yang sangat baik di seluruh area permukaan tulang femur.(5) Berdasarkan penelitian, THA cemented terbukti memiliki hasil yang sangat baik dalam aspek kelangsungan hidup, tingkat revisi yang rendah dan kemampuan pembebanan (weight bearing) dini lebih baik. Hasil klinis jangka pendek dalam hal kualitas dan kuantitas nyeri nyeri serta mobilisasi dini adalah baik. THA cemented dapat digunakan pada pasien dengan deformitas femoralis, osteoporosis, atau setelah radioterapi, dan pada orang tua ataupun muda.
- THA Uncemented
Pada THA uncemented bergantung pada fiksasi biologis tulang ke lapisan permukaan prostesis. Fiksasi awal dicapai dengan memasukkan prostesis sedikit lebih besar dari bone-bed. Penggunaan uncemented kurang dianjurkan dan bisa menjadi kontraindikasi pada kualitas tulang yang buruk, dimana terjadi morfologi abnormal proksimal femur. Penggunaan uncemented berisiko mengalami nyeri paha yang signifikan karena ketidakcocokan antara prostesa dan cancellous bone. Prostesis uncemented umumnya lebih mahal daripada cement atau hibrida. Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa biaya yang lebih tinggi tidak cukup meningkatkan hasil Kesehatan. (5)
Pemeriksaan Fisioterapis pada Total Hip Arthroplasty
Pemeriksaan fisioterapis pada pasien yang terindikasi THA:
1. Pre-operation
Sebelum dilakukannya tindakan THA, jika memungkinkan fisioterapis dapat melakukan pemeriksaan berupa inspeksi pola gaya berjalan, fungsi abductor hip, perbedaan panjang tungkai, kemampuan rotasi ekstremitas bawah, apakah sudah pernah ada insisi sebelumnya, dan status kondisi kemampuan neurovaskular.(2) Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas nyeri, adanya risiko infeksi pada tubuh, pemeriksaan sensori motorik, vaskularisasi anggota gerak, deformitas pinggul, ROM hip dan status sendi lainnya.(6)
2. Post-operation
Setelah dilakukannya Tindakan THA, fisioterapis dapat melakukan:(2)
- Inspeksi lokasi sayatan, karena dapat mengindikasikan kualitas jaringan lunak, dan risiko komplikasi penyembuhan luka selanjutnya.
- Pembatasan pembebanan (non-weight bearing) post operasi. Memasuki minggu ke 6-12 dan ditunjang dengan pengamatan penyembuhan luka, pasien dapat dilatih untuk partial weight bearing berawal dari menahan beban dengan sentuhan jari kaki (Toe-touch weight bearing) dan menahan beban seperti yang ditoleransi pasien sudah dapat dimulai. Pada saat itu, weight bearing dapat ditingkatkan jika tidak ditemukan migrasi fragmen trokanterika atau implan.
- Hindari gerakan yang secara bersamaan memerlukan fleksi berlebihan (lebih dari 900) dan rotasi internal serta adduksi pinggul, karena meningkatkan risiko dislokasi setelah THA.(7) Gerakan Adduksi, Fleksi >900 dan internal rotasi hip merupakan kontraindikasi post operasi THA yang mampu menyebabkan dislokasi posisional. Berdasarkan penelitian, dislokasi hip post THA terjadi pada 2%-11% pasien.(7)
3. Pemeriksaan evaluasi dislokasi setelah THA
Setelah dilakukannya tindakan THA, penting halnya memperhatikan progresifitas kondisi pasien, berikut evaluasi yang dapat dilakukan fisioterapis pada pasien dengan post THA. (3)
- Pasien akan melaporkan suara “bunyi” atau “letupan” atau “clunk” or “popping” sound yang diikuti oleh rasa nyeri.
- Adanya perbedaan panjang tungkai pada bagian ipsilateral
- Penilaian yang cermat terhadap panggul (regio hip) dan lutut (regio knee), gaya berjalan (jika mungkin), ROM, dan kekuatan otot.
Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Great Trochanteric Pain Syndrome
Referensi:
- Investigators TH. Total Hip Arthroplasty or Hemiarthroplasty for Hip Fracture. N Engl J Med [Internet]. 2019 Dec 5;381(23):2199–208. Available from: http://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1906190
- Lu M, Phillips D. Total Hip Arthroplasty for Posttraumatic Conditions. J Am Acad Orthop Surg [Internet]. 2019 Apr;27(8):275–85. . Available from: http://journals.lww.com/00124635-201904150-00002 https://doi.org 10.5435/JAAOS-D-17-00775
- Saiz AM, Lum ZC, Pereira GC. Etiology, Evaluation, and Management of Dislocation After Primary Total Hip Arthroplasty. JBJS Rev [Internet]. 2019 Jul;7(7):e7–e7. Available from: https://journals.lww.com/01874474-201907000-00010pl; https://doi.org10.2106/JBJS.RVW.18.00165
- Heckmann ND, Chen XT, Ballatori AM, Ton A, Shahrestani S, Chung BC, et al. Cemented Vs Cementless Femoral Fixation for Total Hip Arthroplasty After Displaced Femoral Neck Fracture: A Nationwide Analysis of Short-Term Complications and Readmission Rates. J Arthroplasty [Internet]. 2021 Nov;36(11):3667-3675.e4. Available from: https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0883540321005891 https://doi.org/10.1016/j.arth.2021.06.029
- Maggs J, Wilson M. The Relative Merits of Cemented and Uncemented Prostheses in Total Hip Arthroplasty. Indian J Orthop [Internet]. 2017 Aug 1;51(4):377–85. Available from: https://link.springer.com/10.4103/ortho.IJOrtho_405_16 https://doi.org/10.4103/ortho.IJOrtho_405_16
- Kulkarni MG, Yadav L, Joshi S, BN P, Basak M, Kabra K. Clinical and functional outcome of total hip arthroplasty (cemented/ uncemented) in failed proximal femur fracture: A Prospective study. Int J Orthop Sci [Internet]. 2020 Apr 1;6(2):572–7. Available from: http://www.orthopaper.com/archives/?year=2020&vol=6&issue=2&ArticleId=2101 https://doi.org/10.22271/ortho.2020.v6.i2i.2101
- Hyodo K, Masuda T, Aizawa J, Jinno T, Morita S. Hip, knee, and ankle kinematics during activities of daily living: a cross-sectional study. Brazilian J Phys Ther [Internet]. 2017 May;21(3):159–66. Available from: https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S141335551730045X