HaloFisioterapi

Shin Splint – Penatalaksanaan Fisioterapi

shin splint

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Shin Splint

Definisi

Shin Splint atau yang biasa dikenal dengan medial tibialis stress syndrome adalah cedera pada tungkai bawah yang ditandai dengan rasa nyeri sepanjang 2/3 sisi postero-medial tibia.(1) Pada tahun 1966, American Medical Association mendefinisikan shin splint sebagai rasa nyeri dan tidak nyaman pada tungkai bawah sebagai akibat dari aktivitas repetitive pada permukaan yang keras sebagai akibat dari gaya dan penggunaan fleksor kaki secara eksesif, dimana diagnosisnya harus dibatasi pada inflamasi muskuloskeletal dan mengecualikan stress fracture atau kelainan iskemik.(2) Cedera ini termasuk kedalam overused injury dan dikategorikan dalam exercise-induces leg pain.(1) 

Shin splint adalah cedera yang umumnya terjadi pada populasi atlet (khususnya atlet lari, gimnastik dan penari) dan militer.(2) Shin splint terjadi pada 35% populasi atlet secara umum dan 13,6% hingga 20% pada atlet lari.(1,3) Sebanyak 70% atlet lari mungkin dapat mengalami cedera ini dalam periode 1 tahun.(3) Pada populasi atlet sepak bola, shin splint terjadi pada 18,5% kasus cedera.(3) Pada personil militer, kasus terjadinya shin splint sekitar 7,2% hingga 3,5%. Hal ini dapat terjadi pada populasi militer karena saat melakukan pelatihan dasar, tambahan beban yang mereka pikul akan meningkatkan beban pada tungkai bawah mereka.(1)

Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya shin splint, seperti :(1,4)

  • Indeks massa tubuh (IMT)
  • Navicular drop (terutama >10 mm)
  • ROM plantarfleksi ankle
  • ROM dosrofleksi ankle
  • ROM eversi ankle
  • ROM inversi ankle
  • ROM external-internal rotasi hip
  • Jenis kelamin perempuan
  • Quadriceps angle
  • Riwayat mengalami shin splint
  • Penggunaan alat ortotik

Patofisiologi Shin Splint

Penyebab pasti dan patofisiologi dari shin splint masih belum diketahui secara jelas. Namun, beberapa faktor risiko dipercaya dapat mempengaruhi terjadinya shin splint. Mekanisme terjadinya shin splint dapat dijelaskan dengan stress berulang yang diterima tungkai bawah dan menyebabkan terjadinya kerusakan micro yang melebihi ambang batas perbaikan. Tipe stress yang diterima tulang dalam kasus shin splint bukanlah stress optimal dengan istirahat yang adekuat yang akan memperkuat tulang. Kesalahan latihan seperti peningkatan volume latihan yang mendadak dengan alas kaki yang kurang baik, terutama pada permukaan yang keras merupakan salah satu penyebab terjadinya shin splint.(3)

Penggunaan otot secara berlebihan, pemisahan dan tarikan serat otot yang berlebihan pada sisi medial tibia dan periostitis dipercaya dapat menyebabkan terjadinya shin splint.(2) Otot soleus dan tibialis posterior dipercaya dapat menyebabkan tarikan periosteal. Kontraksi dari otot fleksor digitorum longus meningkatkan strain pada otot tibial. Dalam studinya, Beck dan Osternig mengatakan bahwa shin splint dapat terjadi karena tarikan otot periosteum dan soleus.(5)



Tanda dan Gejala Shin Splint

Tanda dan gejala seseorang mengalami cedera shin splint adalah nyeri pada sisi medial 2/3 distal tulang tibia yang meningkat saat latihan atau beraktivitas dan berkurang saat istirahat. Dalam kasus parah, nyeri juga dapat dirasakan saat istirahat.(2) Nyeri yang dirasakan bersifat “tumpul” dan terkadang bersifat “tajam” jika dirasakan hingga sisi lateral. Nyeri dapat bersifat memburuk pada keesokan hari namun akan berkurang seiring waktu berjalan. Gejala yang dirasakan oleh pasien mirip dengan cedera overused lain, seperti stress fracture.(3)

Pemeriksaan Fisioterapi Shin Splint

Pemeriksaan fisioterapi shin splint yang utama untuk dilakukan dalam menegakan diagnosis shin splint adalah pemeriksaan riwayat cedera dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan fisik dinilai memiliki reliabilitas yang hampir sempurna.6 Shin splint dapat didiagnosa dengan menanyakan riwayat pasien melalui anamnesis sacred-seven dan pemeriksaan fisik.6

  • Pemeriksaan Riwayat

Dalam pemeriksaan riwayat, beberapa hal yang penting ditanyakan untuk diagnosis shin splint adalah :

  1. Adanya nyeri yang dirasakan saat latihan disekitar sisi medial tibia.
  2. Hal yang membuat nyeri terasa lebih buruk dan apa yang membuat nyeri terasa berkurang.
  3. Apakah terdapat nyeri di area lain di tungkai bawah.
  4. Apakah terdapat riwayat kram, sensasi panas atau nyeri pada betis (jika iya, mengarah kepada chronic exertional compartment syndrome – CECS).
  5. Apakan terdapat sensasi tertusuk pada kaki dan/atau sensasi dingin pada kaki selama atau setelah latihan, terutama saat rasa sakit di area medial tibia dirasakan.
  • Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus shin splint adalah palpasi dan inspeksi.

  1. Palpasi sisi postero-medial tibia, lalu tanyakan apakah terdapat nyeri pada saat dipalpasi (nyeri dirasakan minimal 5 cm atau lebih pada tibia).
  2. Lihat apakah terdapat pembengkakan kemerahan di sepanjang sisi medial dari tibia.

algoritma shin splint

Algoritma pemeriksaan Shin Splint.(6)

Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Great Trochanteric Pain Syndrome



Referensi

  1. Hamstra-Wright KL, Bliven KC, Bay C. Risk factors for medial tibial stress syndrome in physically active individuals such as runners and military personnel: a systematic review and meta-analysis. Br J Sports Med. 2015;49(6):362–369.
  2. Jovicić, M., Jovicić, V., Hrković, M., & Lazović, M. (2014). Medial tibial stress syndrome: case report. Medicinski pregled67(7-8), 247–251. https://doi.org/10.2298/mpns1408247j
  3. Alfayez SM, Ahmed ML, Alomar AZ. A review article of medial tibial stress syndrome. J Musculoskelet Surg Res 2017;1:2-5
  4. Newman P, Witchalls J, Waddington G, Adams R. Risk factors associated with medial tibial stress syndrome in runners: a systematic review and meta-analysis. Open Access J Sports Med. 2013 Nov 13;4:229-41. doi: 10.2147/OAJSM.S39331. PMID: 24379729; PMCID: PMC3873798.
  5. Beck BR, Osternig LR. Medial tibial stress syndrome. The location of muscles in the leg in relation to symptoms. J Bone Joint Surg Am 1994;76:1057‑61.
  6. Winters M. (2020). The diagnosis and management of medial tibial stress syndrome : An evidence update. Diagnostik und Therapie des Schienbeinkantensyndroms : Update zur Studienlage. Der Unfallchirurg123(Suppl 1), 15–19. https://doi.org/10.1007/s00113-019-0667-z.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *