HaloFisioterapi

Frozen Shoulder – Penatalaksanaan Fisioterapi

Frozen Shoulder

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder.

Definisi

Frozen shoulder atau adhesive capsulitis adalah suatu kondisi dimana terbentuk jaringan parut eksesif pada sendi glenohumeral di bahu. Proses inflamasi ini yang menyebabkan terjadinya blok mekanikal dari sendi glenohumeral sehingga mempengaruhi lingkup gerak sendi aktif dan pasif, yang selanjutnya menyebabkan terjadi kekakuan, nyeri, dan disfungsi dari bahu. (1,2)

Angka prevalensi terjadinya frozen shoulder adalah 3%-5% pada populasi umum, dimana umumnya terjadi pada rentang usia 40 – 60 tahun dan banyak terjadi pada wanita yang sudah memasuki fase menopause.(2) Frozen shoulder terjadi pada 20% pada populasi diabetes,(1) dan meningkat sebesar 10%-30% pada populasi hypothyroid.(3) Frozen shoulder lebih sering mengenai tangan non-dominan, namun kasus pada kedua tangan terjadi sekitar 40%-50%.(1) 

Frozen shoulder dibagi menjadi dua tipe, yaitu primary (idiopathic) frozen shoulder dan secondary frozen shoulder. Primary frozen shoulder terjadi secara spontan tanpa adanya trauma sebelumnya. Sedangkan secondary frozen shoulder terjadi karena adanya trauma yang mendahului, seperti dislokasi atau fraktur.(2) 

Beberapa faktor risiko sistemik dari frozen shoulder adalah diabetes, hypothyroid, hyperthyroid, hypoadrenalin dan ketidakseimbangan hormone.(2,4) Faktor risiko lainnya adalah parkinson, penyakit kardiopulmonal, penyakit cerebrovascular, adanya riwayat pembedahan di bahu,(4)  sindrome dupuytrens, nephrolithiasis, kanker, merokok, riwayat pembedahan di leher dan jantung serta sindrom nyeri kronis regional. (3)

Patofisiologi Frozen Shoulder

Frozen shoulder disebabkan oleh proses inflamasi yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut eksesif di sendi glenohumeral.(2) Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya proses inflamasi di bahu. Faktor intrinsiknya meliputi cedera pada tendon yang diakibatkan oleh overuse injury, seperti rotator cuff tendon tears, biceps tendon tears, atau tendonitis. Faktor ekstrinsiknya meliputi riwayat pembedahan bahu, adanya penyakit pada diskus cervical, dan riwayat fraktur pada ekstrimitas atas.(2) 

Neviaserin pada 1945 menjelaskan bahwa proses terjadinya frozen shoulder dapat dibagi kedalam 4 fase berdasarkan pada penampakan arthroscopik dan histologis, meliputi : (4,5)

  1. Fase Pre-freezing : terjadinya proliferasi fibroblast tanpa adanya adhesi. Penderita akan mengalami penurunan lingkup gerak sendi dan nyeri pada 0-3 bulan pertama.
  2. Fase freezing : terjadinya hipertrofi synovium dan sudah mulai terbensuk adhesi pada lipatan kapsular inferior. Lingkup gerak sendi penderita mengalami penurunan yang lebih besar dan merasa nyeri pada 3-9 bulan.
  3. Fase Frozen : ditandai dengan perubahan synovitis menjadi fibrosis. Lipatan axilaris menempel pada kapsul sendi. Penderita masih mengalami penurunan lingkup gerak sendi, namun nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang, terjadi pada 9-15 bulan.
  4. Fase Thawing : ditandai dengan terbentuknya adhesi fibrosis pada kapsul sendi dan hilangnya lingkup gerak sendi. Penderita mungkin akan tidak merasakan nyeri, kecuali saat mereka memaksa menggerakan bahu mereka.

Tanda dan Gejala Frozen Shoulder

Gejala dari frozen shoulder meliputi :

  1. Nyeri sedang hingga berat(2)
  2. Kekakuan sendi(2)
  3. Berkurangnya lingkup gerak sendi, terutama pada Gerakan eksternal rotasi (baik aktif maupun pasif)(4)

Pemeriksaan Fisioterapi Frozen Shoulder

Pemeriksaan fisioterapi frozen shoulder yang dapat dilakukan diantaranya :(6)

  1. Nyeri : Nilai nyeri yang dirasakan pasien. Penilaian nyeri bisa menggunakan VAS atau NPRS
  2. Observasi : perhatikan apakah terdapat  bengkak, atrofi otot, aligmen dari tulang belakang, kesejajaran bahu, posisi scapula dan kepala
  3. Palpasi : palpasi area di sekitar bahu untuk mengetahui adanya tenderness atau nyeri tekan
  4. Lingkup gerak sendi : lingkup gerak sendi merupakan hal utama yang perlu dinilai, baik untuk diagnosa maupun sebagai evaluasi. Lingkup gerak sendi perlu dinilai baik secara aktif dan pasif pada semua gerakan sendi bahu. Gunakan goniometer untuk menilai lingkup gerak sendi pasien.
  5. Kekuatan otot : menilai kekuatan otot pasien berguna untuk mengevaluasi apakah terdapat penurunan kekuatan otot atau tidak. Penlaian dapat dilakukan dengan menggunakan manual muscle testing
  6. Tes khusus : tidak ada tes spesifik yang digunakan untuk menilai kondisi frozen shoulder. Namun bisa dilakukan beberapa tes lain untuk mengeksklusi kemungkinan cedera atau diagnosa lain, seperti empty can test, speed’s test, drop arm test, dan Neer and Hawkin’s impingement test

Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Fisioterapi pada Thoracic Outlet Syndrome

Referensi :

  1. Le, H. V., Lee, S. J., Nazarian, A., & Rodriguez, E. K. (2017). Adhesive capsulitis of the shoulder review of pathophysiology and current clinical treatments. Shoulder & elbow, 9(2), 75–84. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28405218/
  2. Ricci M. (2021). Adhesive capsulitis A review for clinicians. JAAPA  official journal of the American Academy of Physician Assistants, 34(12), 12–14.
  3. de la Serna, D., Navarro-Ledesma, S., Alayón, F., López, E., & Pruimboom, L. (2021). A Comprehensive View of Frozen Shoulder A Mystery Syndrome. Frontiers in medicine, 8, 663703.
  4. Fields, B., Skalski, M. R., Patel, D. B., White, E. A., Tomasian, A., Gross, J. S., & Matcuk, G. R., Jr (2019). Adhesive capsulitis review of imaging findings, pathophysiology, clinical presentation, and treatment options.
  5. Redler, L. H., & Dennis, E. R. (2019). Treatment of Adhesive Capsulitis of the Shoulder. The Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons, 27(12), e544–e554.
  6. Brigham and women’s hospital, Inc. Departement of Rehabilitation Service (2010). Standard of Care : Adhesive Capsulitis

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *