HaloFisioterapi

Spondylosis – Penatalaksanaan Fisioterapi

SPONDYLOSIS

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Spondylosis

Definisi

Spondylosis merupakan suatu kondisi yang digunakan untuk menggambarkan perubahan degenerative yang terjadi pada komponen articular pada tulang belakang. Perubahan degenerative dapat terjadi pada tingkat makroskopik maupun mikroskopik yang dapat mempengaruhi ligamen, tulang, diskus intervertebralis, dan kombinasi dari struktur tersebut. Spondylosis dapat menyebabkan kompresi akar saraf, kompresi medulla spinalis, dan nyeri sendi.(1)

Spondylosis pada lumbal merupakan suatu termonilogi dengan berbagai definisi. Dalam beberapa konteks, spondylosis dapat disamakan dengan arthrosis, spondylitis, hypertrophic arthritis, dan osteoarthritis. Secara mekanis, spondylosis dapat dikatakan sebagai respon hipertropik dari tulang vertebra terhadap degenerasi diskus (meskipun pembentukan osteofit jarang terjadi tanpa adanya diskus yang sakit). Kesimpulannya, spondylosis dapat diaplikasikan secara nonspesifik terhadap semua kondisi degenerative yang mempengaruhi diskus, vertebra, dan/atau sendi yang berhubungan dengan segmen lumbal.(2)

FaseKarakteristik
Fase 1 (Fase disfungsi)Menggambarkan efek awal dari mikrotrauma berulang dengan “robekan melingkar” yang makin melebar dan menyakitkan pada anulus luar, serta terjadi pemisahan endplate yang dapat membahayakan suplai nutrisi diskus dan pembuangan limbah. Robekan tersebut dapat berubah menjadi “robekan radial” yang menyebabkan diskus menjadi lebih rentan terhadap terjadinya penonjolan (protrusi), dan berdampak pada kapasitas diskus untuk mempertahankan air, sehingga mengakibatkan diskus mengering dan terjadi penurunan tinggi diskus.
Fase 2 (Fasi Instabilitas)Ditandai dengan hilangnya integritas mekanik, dengan perubahan resorpsi diskus yang progresif, ada gangguan internal, dan robekan anulus makin bertambah, disertai dengan degenerasi faset tingkat lanjut yang dapat menyebabkan subluksasi dan instability.
Fase 3 (Fase Stabilisasi)Penyempitan ruang diskus yang terus berlanjut dan terjadinya fibrosis secara bersamaan dengan pembentukan osteofit dan jembatan transdiskal
Tabel 1. Alur degeneratif yang terjadi pada diskus intervertebralis oleh Willis and Bernard(2)

Terdapat beberapa faktor risiko untuk kondisi ini, yaitu :(2)

  • Usia
  • Tingkat aktivitas dan pekerjaan
  • Indeks massa tubuh
  • Riwayat cedera punggung
  • Pembebanan tulang belakang setiap hari (Gerakan memutar, mengangkat benda berat, membungkuk, dan postur non-neutral dalam jangka waktu lama)
  • Genetik

Patofisiologi Spondylosis

Secara umum, spondylosis dikarakteristikan sebagai penyempitan pada diskus vertebra atau adanya arthritis atau sebagai akibat dari perubahan degeneratif jika dilihat pada hasil pencitraan radiologi.(3) Saat ligamen terpengaruhi oleh kondisi ini, akan terjadi osifikasi atau hipertropi ligamen yang akan menambah ketebalan ligamen dan dapat menyebabkan kompresi pada canal spinalisatauneural foramina. Ligamen posterior longitudinal terletak di anterior canal spinalis pada sisi posterior dari tubuh vertebra dan diskus intervertebralis. Osifikasi dari ligamen ini dapat menyebabkan cervical stenosis dan kompresi anterior dari medulla spinalis. Hipertropi pada ligamentum flavum juga dapat menyebabkan terjadinya penyempitan canal spinalis pada bagian posterior karena terletak pada sisi posterior canal spinalis dan membentang disepanjang permukaan bawah lamina.(1)

Karakteristik lain dari spondylosis adalah hipertropi facet vertebra. Pelebaran dari sendi facet disebabkan oleh cedera berulang pada tulang belakang. Sendi facet terletak di belakang spinal column dan merupakan regulator penting dalam mobilitas tulang belakang. Hipertofi dari facet terjadi sebagai bentuk respon terhadap penyembuhan patologis. Pelebaran dari sendi facet dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pada canal spinalis atau neural foramina, yang dapat menyebabkan terjadinya myelopathy atau radiculopathy. Sendi facet diinervasi oleh reseptor nyeri, dan dapat digunakan sebagai generator nyeri saat terjadinya perubahan degeneratif.(1)

Pembentukan osteofit juga dapat terjadi sebagai akibat dari degenerasi diskus intervertebralis. Osteofit adalah pertumbuhan tulang yang dihasilkan dari pembentukan tulang subperiosteal ketika diskus menonjol dan mengangkat periosteum. Hasilnya adalah tonjolan tulang yang dapat menimpa canal spinalis atau neural foramina. Osteofit juga dapat menyebabkan gejala dengan menekan struktur non-neural. Misalnya, osteofit anterior di tulang belakang leher dapat menjadi cukup besar untuk menekan kerongkongan dan mengakibatkan disfagia.(1)

Tanda Dan Gejala Spondylosis

Spondylosis dapat bersifat simptomatik maupun asimptomatik. Tanda dan gejala yang mungkin dialami oleh pasien dengan kondisi spondylosis simptomatik adalah : (2)

  • Nyeri (baik lokal maupun menjalar)
  • Neurogenic claudication (nyeri menjalar pada ekstremitas bawah)
  • Mati rasa
  • Kesemutan
  • Kelemahan tungkai yang memburuk saat berdiri maupun berjalan

Pemeriksaan Fisioterapi pada Spondylosis

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kondisi ini adalah :(3)

  1. Riwayat Penyakit Pasien

Tanyakan kepada pasien apakah terdapat perubahan sensoris, kelemahan, kesemutan, mati rasa, perubahan pola jalan, atau disfungsi pada BAB dan BAK

  1. Pemeriksaan Postur

Perhatikan bagaimanakah postur pasien dan apakah terjadi perubahan postur pada tubuh pasien

  1. Pemeriksaan Nyeri

Tanyakan pada pasien dimana letak nyeri dan bagaimana kualitas nyeri yang dirasakan pasien. Untuk pengukuran nilai nyeri pasien, dapat digunakan instrumen seperti VAS atau NPRS

  1. Tes Spesifik
  • Straight-leg raise test

Minta pasien untuk tidur berbaring, dan mengangkat kakinya dalam posisi full ekstensi untuk memberikan tension pada saraf sciatic. Hasil tes positif jika terdapat nyeri radikuler pada ipsilateral pada 35° – 75°. Nyeri pada punggung tidak mengindikasikan tes positif.

  • Contralateral straight-leg raise test

Lakukan tes ini dengan cara yang sama dengan tes SLR, namun yang diangkat adalah kaki yang tidak mengalami gejala (asimptomatik). Tes positif jika terdapat nyeri menjalar pada sisi contralateral asimptomatik yang diangkat.

  • Reverse straight-leg raise test (femoral nerve tension test)

Posisikan pasien untuk tengkurap, lalu ekstensikan hip pasien dan knee pasien secara perlahan difleksikan untuk memberikan tension maksimal pada nervus femoralis. Tes positif jika terdapat nyeri radikuler pada sisi anterior paha.

Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Lumbar Derangement Syndrome

Referensi :

  1. M. Mahan, S.W. Chang, Spondylosis, Cervical and Lumbar, Editor(s): Michael J. Aminoff, Robert B. Daroff, Encyclopedia of the Neurological Sciences (Second Edition), Academic Press, 2014, Page 293, ISBN 9780123851581, https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385157-4.00787-9.
  2. Middleton K, Fish DE. Lumbar spondylosis: clinical presentation and treatment approaches. Curr Rev Musculoskelet Med. 2009 Jun;2(2):94-104. doi: 10.1007/s12178-009-9051-x. Epub 2009 Mar 25. PMID: 19468872; PMCID: PMC2697338.
  3. Elder BD, Witham TF. Low Back Pain and Spondylosis. Semin Neurol. 2016 Oct;36(5):456-461. doi: 10.1055/s-0036-1585071. Epub 2016 Sep 23. PMID: 27704501.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *