HaloFisioterapi

Guillain Barre Syndrome : Apa Itu Dan Bagaimana Peran Fisioterapi

Guillain-Barré Syndrome

Apa Itu Guillain Barre Syndrome

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah penyakit langka yang menyerang sistem saraf tepi tubuh. GBS adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel saraf di sistem saraf tepi. Akibatnya, terjadi peradangan pada saraf tepi yang menyebabkan disfungsi neurologis dan berbagai gejala.

Penyebab Guillain Barre Syndrome

Penyebab pasti Guillain Barre Syndrome tidak sepenuhnya dipahami, tetapi GBS sering dikaitkan dengan infeksi virus atau bakteri yang dialami pasien. Beberapa infeksi yang diketahui berperan dalam menyebabkan GBS antara lain infeksi saluran pernapasan atas, campak, cytomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr (EBV), dan Mycoplasma pneumoniae.

Gejala Guillain Barre Syndrome

Gejala awal GBS biasanya berupa kelemahan atau mati rasa yang mulai muncul pada ekstremitas. Kelemahan ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain dalam beberapa hari atau minggu. Beberapa gejala umum lainnya termasuk:

  1. Kesulitan berjalan atau berdiri.
  2. Kesulitan menggerakkan mata atau wajah.
  3. Kesulitan menelan dan berbicara.
  4. Nyeri otot.
  5. Gangguan koordinasi dan keseimbangan.
  6. Detak jantung tidak teratur.

Saat penderita mengembangkan gejala yang semakin parah, kelumpuhan dapat terjadi di hampir seluruh tubuh, termasuk paru-paru. Dalam kasus yang parah, seseorang mungkin perlu dirawat di unit perawatan intensif untuk masalah pernapasan yang mengancam jiwa.

Proses Terjadinya Guillain Barre Syndrome

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel saraf di sistem saraf tepi tubuh. Terdapat  banyak faktor yang dianggap berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini.Perjalanan GBS dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Infeksi atau Pemicu

GBS biasanya dipicu oleh infeksi virus atau bakteri yang baru saja dialami oleh penderita. Beberapa infeksi yang terkait dengan GBS termasuk infeksi saluran pernapasan atas, campak, cytomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr (EBV), dan Mycoplasma pneumoniae. Meski belum diketahui secara pasti, infeksi tersebut diduga akan memicu respons imun yang berlebihan sehingga menyebabkan sistem imun menyerang sel saraf di sistem saraf tepi.

  1. Respon autoimun

Setelah infeksi atau pemicu lainnya, sistem kekebalan mulai membuat antibodi untuk melawan patogen. Namun, pada beberapa kasus GBS, sistem kekebalan juga menghasilkan antibodi yang menyerang sel saraf di sistem saraf tepi. Antibodi ini menargetkan mielin, selubung pelindung yang mengelilingi saraf, serta akson, pemancar listrik saraf. Serangan ini menyebabkan saraf ini meradang, yang mengganggu fungsi normalnya dan menyebabkan gejala GBS.

  1. Peradangan dan gangguan saraf

Peradangan terjadi pada saraf akibat serangan autoimun yang mengganggu transmisi sinyal listrik ke dan dari otot dan organ tubuh. Hal ini menimbulkan gejala seperti kelemahan otot, mati rasa, dan gangguan sensorik pada kaki, tangan, dan bagian tubuh lainnya. Selain itu, gangguan saraf yang mengontrol fungsi otonom seperti detak jantung, tekanan darah, dan sistem pencernaan juga bisa terjadi.

  1. Perkembangan penyakit

Gejala GBS biasanya datang dengan cepat dan memuncak dalam beberapa minggu. Proses inflamasi dan kerusakan saraf yang diakibatkannya dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Dalam beberapa kasus, gejalanya bisa parah dan memengaruhi kemampuan Anda untuk bernapas, sehingga memerlukan perawatan medis darurat.

Dampak Guillain Barre Syndrome Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Berikut adalah beberapa efek yang mungkin terjadi dan memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang, terutama selama fase akut penyakit dan fase pemulihan :

  1. Kelemahan, keterbatasan fisik

Salah satu gejala utama GBS adalah kelemahan otot yang bisa menjadi sangat serius. Orang dengan GBS mungkin mengalami kesulitan berjalan, berdiri, atau melakukan aktivitas fisik lainnya. Keterbatasan tersebut dapat mengganggu mobilitas sehari-hari, termasuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menaiki tangga, atau melakukan aktivitas di luar rumah.

  1. Bergantung pada bantuan orang lain

Orang dengan GBS yang sangat lemah mungkin membutuhkan bantuan dari orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka mungkin memerlukan bantuan untuk berjalan, mandi, berpakaian, atau melakukan tugas lain yang sebelumnya dapat mereka lakukan secara mandiri.

  1. Gangguan sensorik

Selain kelemahan otot, GBS juga dapat menyebabkan gangguan sensorik seperti mati rasa, kesemutan, atau rasa panas pada bagian tubuh tertentu. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan dan kemampuan pasien untuk merasakan sentuhan atau suhu.

  1. Gangguan fungsi otonom

Penderita GBS juga dapat mengalami disfungsi otonom, seperti perubahan tekanan darah, detak jantung tidak teratur, kesulitan menelan, dan gangguan pencernaan. Gangguan ini bisa membuat tidak nyaman dan memengaruhi kualitas hidup sehari-hari.

  1. Merasa lelah dan haus

Proses pemulihan GBS bisa sangat melelahkan. Penderita penyakit ini sering merasa lelah dan lemas, bahkan saat melakukan aktivitas yang sebelumnya dianggap mudah. Haus juga bisa menjadi masalah karena dehidrasi bisa terjadi jika orang tersebut mengalami kesulitan menelan.

  1. Keterbatasan sosial dan emosional

GBS dapat mempengaruhi aspek sosial dan emosional dari kehidupan pasien. Keterbatasan fisik dan mobilitas dapat membuat orang merasa terisolasi dan bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan stres, kecemasan, dan depresi.

  1. Dampak keuangan

Pasien GBS seringkali memerlukan perawatan intensif di rumah sakit atau pusat rehabilitasi, yang dapat menyebabkan tingginya biaya pengobatan. Selain itu, keterbatasan fisik dan kemampuan bekerja dapat mempengaruhi penghasilan dan mengakibatkan beban keuangan tambahan.

Peran Fisioterapi

Fisioterapi memiliki peran yang sangat penting dalam penatalaksanaan kasus sindrom Guillain-Barré (GBS). fisioterapi membantu mempercepat pemulihan dan mengoptimalkan fungsi fisik pasien selama dan setelah fase akut penyakit.

  1. Memperbaiki kelemahan otot

Salah satu gejala utama GBS adalah kelemahan otot yang dapat menyebabkan keterbatasan fisik. Fisioterapi membantu memulihkan kekuatan otot dengan melakukan latihan khusus untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Latihan-latihan ini dirancang agar sesuai dengan tingkat kelemahan dan kemampuan penderitanya.

  1. Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi

GBS dapat memengaruhi keseimbangan dan koordinasi, sehingga orang dengan kondisi tersebut mungkin mengalami kesulitan berjalan atau melakukan aktivitas lain dengan stabil. Fisioterapis menggunakan latihan khusus untuk meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, sehingga pasien dapat kembali bergerak dengan lebih aman.

  1. Meningkatkan mobilitas

Fisioterapi membantu meningkatkan mobilitas pasien, baik berjalan, berdiri, atau melakukan aktivitas lainnya. Teknik dan latihan fisioterapi membantu pasien mempelajari kembali mobilitas yang baik dan mengatasi segala keterbatasan yang mungkin timbul.

  1. Mencegah terjadinya kontraktur

Selama masa pemulihan, penderita GBS yang mengalami kelemahan otot cenderung mengalami kontraktur, yaitu kondisi di mana otot menjadi kaku dan membatasi gerak sendi. Fisioterapi dapat membantu mencegah kontraktur dengan menggerakkan dan memijat otot untuk menjaga kelenturan dan kelenturannya.

  1. Pemulihan masa kritis

Selama fase akut GBS, penderita penyakit ini sering memerlukan perawatan di unit perawatan intensif dan dapat mengalami kecacatan parah. Fisioterapi dapat membantu merawat dan mengelola penderita selama periode kritis, seperti membantu perawatan pernapasan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

  1. Dukungan psikologis

Selain manfaat fisik, fisioterapi juga dapat memberikan dukungan psikologis bagi penderita GBS. Fisioterapis membantu meningkatkan motivasi pasien, memberikan dukungan emosional, dan mengatasi kecemasan atau depresi yang mungkin timbul selama masa pemulihan.

Baca juga : Cedera Saraf Dan Sistem Klasifikasinya

Referensi :

  1. Nguyen TP, Taylor RS. Guillain-Barre Syndrome. [Updated 2023 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532254/
  2. Shah, Nehal & Shrivastava, Manisha. (2015). Role of Physiotherapy in Guillain Barre Syndrome: A Narrative Review. International Journal of Medical Research & Health Sciences. 5. 529.
  3. Khan F, Amatya B. Rehabilitation interventions in patients with acute demyelinating inflammatory polyneuropathy: a systematic review. Eur J Phys Rehabil Med. 2012 Sep;48(3):507-22. Epub 2012 Jul 23. PMID: 22820829.
  4. Sulli S, Scala L, Berardi A, Conte A, Baione V, Belvisi D, Leodori G, Galeoto G. The efficacy of rehabilitation in people with Guillain-Barrè syndrome: a systematic review of randomized controlled trials. Expert Rev Neurother. 2021 Apr;21(4):455-461. doi: 10.1080/14737175.2021.1890034. Epub 2021 Feb 23. PMID: 33567916.
  5. van Doorn PA, Ruts L, Jacobs BC. Clinical features, pathogenesis, and treatment of Guillain-Barré syndrome. Lancet Neurol. 2008 Oct;7(10):939-50. doi: 10.1016/S1474-4422(08)70215-1. PMID: 18848313.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *