HaloFisioterapi

Patellofemoral Pain Syndrome – Penatalaksanaan Fisioterapi

patellofemoral pain syndrome

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Patellofemoral Pain Syndrome

Definisi

Patellofemoral pain syndrome adalah suatu kondisi nyeri disekitar atau dibelakang patella yang dipicu oleh aktivitas yang memberikan penekanan atau pembebanan pada sendi patellofemoral pada posisi lutut tertekuk. Berlari, squat, melompat, menaiki dan menuruni tangga merupakan beberapa contoh kegiatan yang dapat memicu nyeri pada kondisi ini.(1,2) Patellofemoral pain syndrome merupakan kondisi malalignment dan disfungsi otot. Nyeri dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan tulang subkondral yang dikaitkan dengan tekanan artikulasi atau dari lesi tulang rawan pada patela atau distal tulang paha.(3) Patellofemoral pain syndrome juga dikenal sebagai runner’s knee atau knee pain syndrome.(1)

Patellofemoral pain syndrome merupakan kondisi umum yang terjadi pada remaja dan orang dewasa dibawah usia 60 tahun.(1) Patellofemoral pain syndrome merupakan kondisi umum yang terjadi pada 25%-40% dari semua kasus cedera lutut.(2) Sebuah studi retrospektif dari  database orthopedi di Amerika Serikat pada 30 juta pasien dari tahun 2007 – 2011 mengestimasikan insiden patellofemoral pain syndrome terjadi pada 1,75 juta pasien atau sekitar 6%, dimana sebanyak 55% dari kasus merupakan perempuan.(1)

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya patellofemoral pain syndrome, seperti :(1)

  • Aktivitas yang memberikan pembebanan pada lutut seperti lari, squat, menaiki dan menuruni tangga.
  • Dynamic valgus (meningkatnya patellar maltracking).
  • Jenis kelamin perempuan.
  • Abnormalitas pada kaki (eversi kaki dan pes pronatus).
  • Overuse atau peningkatan beban aktivitas yang tiba-tiba.
  • Instabilitas patella.
  • Lemahnya otot quadriceps.

Patofisiologi Patellofemoral Pain Syndrome

Sendi patellofemoral distabilisasi oleh otot quadriceps, trendon patellar, vastus medialis oblique, ligament patellofemoral medial, ligament patellotibial medial, medial retinaculum, oblique lateral retinaculum, patellotibial band, epicondylopatellar band, dan lateral retinaculum.(1,3)

Patellofemoral pain syndrome merupakan kondisi yang disebabkan karena disfungsi otot dan malaligment. Nyeri pada kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan tulang subkondral yang dikaitkan dengan tekanan artikulasi atau dari lesi tulang rawan pada patela atau femur distal.(3) Patellar maltracking dipercaya memiliki peran penting dalam terjadinya patellofemoral pain syndrome. Patellar maltracking atau translasi patella ke lateral akan meningkat seiring dengan posisi pembebanan, seperti saat melakukan squat.(1) Salah satu penyebab terjadinya patella maltracking adalah adanya instabilitas otot terutama kelompok otot quadriceps. Turunnya kekuatan otot quadriceps dapat menyebabkan instabilitas pada patella.(1) 

Ketidakseimbangan aktivasi pada otot vastus medialis dan vastus lateralis juga dapat mernyebabkan terjadinya patella maltracking. Pada saat menaiki atau menuruni tangga, otot vastus lateralis akan teraktivasi terlebih dahulu dibandingkan dengan otot vastus medialis oblique. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya patella maltracking.(4) Adanya stimulasi dari dari ujung saraf pada retinacula bantalan lemak Hoffa, dan synovium peripatellar juga berkontribusi terhadap terjadinya patellofemoral pain syndrome.(1)

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita patellofemoral pain syndrome adalah(1)

  • Rasa nyeri disekitar anterior lutut yang meningkat saat menekuk lutut pada aktivitas yang memberikan beban pada lutut seperti squat, lari, dan aktivitas naik turun tangga.
  • Rasa nyeri atau kaku saat kaki ditekuk dalam waktu lama.
  • Knee-buckling, yang disebabkan oleh kelemahan atau nyeri pada paha depan yang mengakibatkan hilangnya tonus otot secara singkat, bukan ketidakstabilan sendi lutut intrinsik.

Pemeriksaan Fisioterapi pada Patellofemoral Pain Syndrome

Pemeriksaan fisioterapi yang dapat dilakukan pada kondisi ini adalah:

  • Riwayat penyakit pasien

Diagnosis patellofemoral pain syndrome dapat ditegakkan melalui riwayat penyakit pasien. Pasien umumnya merasakan nyeri pada lutut yang meningkat seiring dengan ditekuknya lutut saat aktivitas pembebanan. Tanyakan pada pasien apakah memiliki riwayat cedera lutut, tingkat aktivitas fisik, dan adanya perubahan aktivitas. Adanya nyeri pada saat melakukan squat merupakan salah satu ciri yang pasti dialami oleh penderita patellofemoral pain syndrome. Nyeri saat melakukan squat dalam diagnosis patellofemoral pain syndrome memiliki sensitivitas sebesar 91% dan spesifisitas sebesar 50% dengan positive likelihood ratio sebesar 1.8 dan regative likelihood ratio sebesar 0.2.(1)

  • Pemeriksaan postur pasien

Melakukan pemeriksaan postur pada pola jalan pasien cukup membantu dalam menentukan penyebab terjadinya patellofemoral pain syndrome, seperti kurva lordosis lumbar yang berlebih, perbedaan tinggi panggul, atau adanya atropi pada quadriceps. Hamstring yang kaku juga dapat menjadi penyebab terjadinya patellofemoral pain syndrome, dimana kontraksi dari hamstring dan quadriceps akan meningkatkan tekanan pada  sendi selama beraktivitas.(1)

  • Tes spesifik Patellofemoral Pain Syndrome

Terdapat beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis patellofemoral pain syndrome, yaitu :

  1. Clark Test

Prosedur : posisikan pasien tidur terlentang, posisikan tangan superior patella. Minta pasien untuk mengkontraksikan quadricepsnya, lalu berikan sedikit penekanan pada superior patella kearah inferior. Tes positif jika pasien tidak dapat menyelesaikan tes ini atau merasakan nyeri pada area patella.

  • Sensitivity : 39-48%
  • Spesificity : 67-75%
  • LR- : 0.7 – 0.91
  • LR+: 1.18

  1. Patellar apprehension test

Prosedur : Posisikan pasien duduk dengan lutut difleksikan 30°. Dengan ibu jari, gerakan patella kearah medial atau lateral. Tes positif jika pasien merasakan nyeri atau bahkan menghalau pemeriksa untuk menggeserkan patella pasien.

  • Sensitivity : 7 – 32%
  • Spesificity : 86 – 92%
  • LR- : 0.8 – 1.0
  • LR+: 0.9 – 2.3

  1. Patellar tilt test

Prosedur : Posisikan pasien tidur terlentang. Stabilisasi medial dan lateral border dari patella dengan tangan, lalu gerakkan medial dan lateral border patella keratas dan kebawah. Tes positif bila medial atau lateral border patella tidak dapat digerakkan.

  • Sensitivity : 43%
  • Spesificity : 92%
  • LR- : 0.6
  • LR+: 5.4

Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Shin Splint

Referensi

  1. DAVID Y. GAITONDE, MD, ALEX ERICKSEN, MD, AND RACHEL C. RROBBINS, MD. Am Fam Physician. 2019;99(2):88-94
  2. Kasitinon D, Li WX, Wang EXS, Fredericson M. Physical Examination and Patellofemoral Pain Syndrome: an Updated Review. Curr Rev Musculoskelet Med. 2021 Dec;14(6):406-412. doi: 10.1007/s12178-021-09730-7. Epub 2021 Oct 29. PMID: 34713383; PMCID: PMC8733121.
    Link : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34713383/
  3. Waryasz GR, McDermott AY. Patellofemoral pain syndrome (PFPS): a systematic review of anatomy and potential risk factors. Dyn Med. 2008 Jun 26;7:9. doi: 10.1186/1476-5918-7-9. PMID: 18582383; PMCID: PMC2443365.
  4. Petersen W, Ellermann A, Gösele-Koppenburg A, Best R, Rembitzki IV, Brüggemann GP, Liebau C. Patellofemoral pain syndrome. Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc. 2014 Oct;22(10):2264-74. doi: 10.1007/s00167-013-2759-6. Epub 2013 Nov 13. PMID: 24221245; PMCID: PMC4169618.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *