HaloFisioterapi

Sinus Tarsi Syndrome – Penatalaksanaan Fisioterapi

Sinus Tarsi Syndrome

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Sinus Tarsi Syndrome

Definisi

Sinus tarsi syndrome merupakan suatu kondisi klinis yang dikarakteristikan sebagai nyeri pada sisi anterolateral pergelangan kaki akibat cedera traumatis pada pergelangan kaki. Sinus tarsi syndrome lebih dikenal dengan kondisi instabilitas pada sendi subtalar di pergelangan kaki akibat adanya cedera pada ligamen di pergelangan kaki yang menyebabkan terbentuknya infiltrasi jaringan fibrotic dan synovitis pada ruang sinus tarsi.(1) Sinus tarsi syndrome juga dihubungkan dengan sensasi tidak stabil pada kaki belakang.(2)

Sinus tarsi merupakan sebuah ruang berupa terowongan yang terbentuk antara tulang talus dan tulang calcaneus. Ruang ini berisi beberapa struktur yang berfungsi untuk menjaga stabilitas dan proprioseptif dari pergelangan kaki. Sinus tarsi berisikan jaringan adiposa yang berperan sebagai selimut dari berbagai mekanoreseptor dan ujung saraf bebas yang memberikan informasi proprioseptif mengenai gerakan kaki dan pergelangan kaki.(1)

Sendi subtalar merupakan persendian yang terbentuk antara tulang talus dan calcaneus. Sendi ini memiliki 3 facet, yaitu anterior, middle, dan posterior. Ketiga facet ini memliki struktur dan aligmen yang bervariasi dan akan mempengaruhi stabiitas dari sendi subtalar. Stabilitas sendi subtalar dijaga oleh dua kelompok ligamen, yaitu ligamen intrinsik (ligamen calcaneofibular dan ligamen deltoid – menjaga stabilitas dari sendi talocrural) dan ligamen ektrinsik (ligamen talocalcaneal, interosseuous, dan cervical – menjaga stabilitas permukaan sendi calcaneal dan talar. Adanya ruptur pada ligamen intrinsik dapat menyebabkan terjadinya instabilitas.(1)

Angka kejadian dari sinus tarsi syndrome masih belum diketahui, namun sinus tarsi syndrome dihubungkan dengan kejadian keseleo (ankle sprain) yang mengakibatkan terjadinya instabilitas pada sendi talocrural. Menurut Keefe dan Haddad, 10 – 25% orang dengan instabilitas sendi talocrural kronis diketahui mengalami sinus tarsi syndrome.(4) Hertel et al menemukan bahwa 9 dari 12 pasien dengan cedera pergelangan kaki berulang memiliki tanda peningkatan lingkup gerak sendi pada sendi talocrural dan subtalar.(5) Hubbard dan Hertel mengatakan bahwa pada kejadian keseleo (ankle sprain) akan mengalami cedera pada ligamen sendi subtalar juga.(6)

Tanda dan Gejala Sinus Tarsi Syndrome

Tanda dan gejala yang dirasakan oleh penderita sinus tarsi syndrome adalah

  • Merasa tidak stabil pada kaki dan pergelangan kaki yang dipicu oleh berjalan pada permukaan yang tidak datar, berjalan pada trotoar, atau saat aktivitas berlari.
  • Adanya pes planus atau ketidaksimetrisan pada sudut kaki belakang
  • Terasa nyeri pada area sinus tarsi pada akhir gerakan plantarfleksi dengan supinasi
  • Menurunnya kekuatan otot, terutama otot plantarfleksor

Pemeriksaan Fisioterapi Sinus Tarsi Syndrome

Pemeriksaan fisioterapi Sinus Tarsi Syndrome yang dapat dilakukan diantaranya :

  • Nyeri

Pasien sinus tarsi syndrome umumnya akan mengalami nyeri. Nyeri dirasakan karena adanya cedera pada ligamen disekitar ruang sinus tarsi. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) atau Numeric Rating Pain Scale (NPRS).

  • Kekuatan otot

Pada kondisi sinus tarsi syndrome, pasien seringkali mengalami penurunan kekuatan otot, terutama otot plantarfleksor. Kekuatan otot dinilai dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT).

  • Instabilitas sendi

Sinus tarsi syndrome merupakan kondisi yang berhubungan dengan instabilitas sendi subtalar. Sebelum menilai stabilitas pada sendi subtalar, ada baiknya menilai stabilitas pada sendi talocrural juga. Unutk menilai stabilitas sendi talocrural, dapat dilakukan dengan talus anterior and posterior glides dan talar tilt test. Stabilitas sendi subtalar dinilai dengan menggerakan sendi subtalar kearah medial dan lateral dengan menggerakkan calcaneus di atas talus yang stabil di bidang transversal dan dengan distraksi sendi subtalar. Tes dilakukan dengan pasien terlentang dengan pergelangan kaki dalam 10⁰ dorsofleksi untuk menjaga sendi talocrural dalam posisi stabil. Kaki depan pertama-tama distabilkan oleh tangan pemeriksa, lalu berikan gaya inversi dan rotasi internal pada calcaneus. Kemudian gaya inversi diberikan ke kaki depan. Pemeriksa menilai pergeseran medial yang berlebihan dari calcaneus dan apakah pasien mengeluh merasakan instabilitas.

  • Pengukuran fungsional

Kondisi sinus tarsi syndrome seringkali mempengaruhi aktivitas penderita seperti berjalan dan berlari, terutama pada populasi atlet. Tingkat aktivitas pada pasien sinus tarsi syndrome dapat dinilai dengan menggunakan Ankle Disability Index.

Baca Juga : Penanganan Fisioterapi pada Sprain Ankle

Referensi

  1. Helgeson K. (2009). Examination and intervention for sinus tarsi syndrome. North American journal of sports physical therapy : NAJSPT, 4(1), 29–37.
  2. Giacomo Pisani, Pier Carlo Pisani, Enrico Parino, Sinus tarsi syndrome and subtalar joint instability, Clinics in Podiatric Medicine and Surgery, Volume 22, Issue 1, 2005, Pages 63-77, ISSN 0891-8422, https://doi.org/10.1016/j.cpm.2004.08.005.
  3. Taillard, W., Meyer, JM., Garcia, J. et al. The sinus tarsi syndrome. International Orthopaedics 5, 117–130 (1981). https://doi.org/10.1007/BF00267842
  4. Keefe DT, Haddad SL. Subtalar instability – Etiology, diagnosis, and management. Foot Ankle Clinics. 2002;7: 577-609
  5. Hertel J, Denegar CR, Monroe MM, Stokes WL. Talocrural and subtalar joint instability after lateral ankle sprain. Med Sci Sports Exerc. 1999;31:1501-1508.
  6. Hubbard TJ, Hertel J. Mechanical contribution to chronic lateral ankle instability. Sports Med. 2006;36:263-277.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *